Alamat : Timur Lapangan Desa Punung Telp. 0357- 511064 Gmail : upttkdansdkecamatanpunung@gmail.com

Selasa, 13 Februari 2018

UPACARA ADAT SRUMBUNG MOJO DESA PUNUNG KECAMATAN PUNUNG KABUPATEN PACITAN

 
DISKRIPSI
SENDRA TARI 
1. Judul : Srumbung Mojo
2. Tema : Legenda Asal Mula Distrik Punung
3. Jenis garapan : Sendra Tari Kreasi Upacara Adat Srumbung Mojo
4. Penata iringan dan Vokal : Dra.Rusmini 
5. Penata gerak : Sukatno,S.Pd
6. Peñata rias dan busana : Tim Dapur Seni Kyai Santri Kec.Punung

SINOPSIS
Sendratari adalah budaya adi luhung yang merupakan ciri khas budaya jawa. Dimana selama ini serasa tenggelam dalam era globalisasi, meluncurnya budaya asing ke Indonesia telah mengikis budaya asli. Dengan kemasan Sendratari yang diambil dari sejarah Babad Mojo termodifikasi dengan gending-gending garapan akan memberi warna baru hingga tampak lebih menarik untuk dijadikan pertunjukan.
Sendratari “Srumbung Mojo” adalah kesenian tradisional Kecamatan Punung yang dimunculkan pertama kali pada Hari Jadi Kota Pacitan tahun 2002 merupakan gambaran sejarah gumelaripun tanah Mojo yang sekarang dinamakan dhistrik Punung bagian barat Kabupaten Pacitan. Sendra tari ini pernah juga ditampilkan di Taman Mini Indonesia Indah dalam acara gebyar Seni Budaya Daerah.
Tokoh utama yang dimunculkan dalam sendratari ini adalah Dewi Ratri,Raden Prawiroyudo,Ki Ageng Mojo, Kyai Santri serta peran pendukung,prajurit dan dayang. Rangkaian cerita yang digambarkan dalam sendratari ini adalah kedatangan Dewi Ratri dan Raden Prawiroyudo putra prabu Brawijaya dari Majapahit ke tlatah Mojo sampai terjadinya peninggalan sejarah berupa makam Kyai Santri dan gambaran prosesi upacara adat Nyadran Kyai Santri ( Ziarah Makam Kyai Santri).

Latar Belakang 
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku sehingga memiliki kekayaan keanekaragaman seni budaya yang diwarnai oleh nuansa etnik.
Adapun kebudayaan yang dimiliki tersebut mempunyai karakteristik tersendiri sejalan dengan perkembangan sejarah, perkembangan pengaruh dan perkembangan tata nilai (Budiono Satoto,1988). Pertumbuhan kebudayaan bangsa Indonesia yang tumbuh sederhana itu muncul dengan ditandai adanya peninggalan-peninggalan masa lampau, ada yang berupa candi-candi,mengukir tugu batu, punden berundak dan lain-lain.Banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia maka akan muncul berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, dan masing- masing daerah mempunyai nilai dan tradisi kebudayaan yang berbeda-beda.
Berbagai macam kebudayaan yang dengan tradisinya masing-masing dipertahankan terus, maka dengan demikian, warisan kebudayaan masa lalu tetap hidup dengan perubahan sesuai dengan keadaan jaman dan masyarakat penduduknya. Dengan adanya kelompok sosial yang mengemban dan penerus budaya warisan itu, maka pola kehidupan masa lalu manjadi teladan. Apabila kita mengambil puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bersifat kedaerahan yang terdapat di seluruh kepulauan Indonesia maka kita tidak mempunyai kebudayaan yang cukup bernilai. Mengenai pembentukan kebudayaan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara dalam Sriwahyuning (1993) mengungkapkan sebagai berikut :
  • Kebudayaan Nasional ialah segala puncak dari sari-sari kebudayaan daerah dari kepulauan Indonesia,baik yang lama maupun yang baru.
  • Perkembangan kebudayaan Nasional Indonesia harus melalui jalan yang disebut “Dua Kon” : Kontinyu dengan apa yang telah silam dan konsentrasi dalam persatuan yang besar.
Tradisi dan peninggalan yang memberi corak khas kepada kebudayaan serta hasil-hasil pembangunan yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan dan kemanfaatan nasional perlu dipelihara dan dibina untuk menumbuhkan kesadaran sejarah,semangat perjuangan dan cita-cita tanah air serta memelihara kelestarian budaya dan kesinambungan pembangunan bangsa.
Upacara tradisional adalah salah satu perwujudan nilai budaya masyarakat di Indonesia khususnya Jawa yang sampai sekarang masih banyak disaksikan dan dilaksnakan oleh para penduduknya. Upacara tradisional adalah salah satu tingkah laku manusia sebagai ekspresi adanya kekuasaan diluar diri manusia. Hal ini sebagai perwujudan dari keterbatasan kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan hidup.
Sebelum kedatangan Islam,masyarakat Jawa telah memiliki kebudayaan yang berurat berakar, sehingga para mubaligh menempuh jalan moderat, yaitu penyampaian dakwah dapat berkompromi dengan adat istiadat setempat dan isinya atau materinya permasalahannya yakni hukum-hukum agamanya terkadang amat ramah terhadap kepercayaan lama.
Sekalipun masyarakat Jawa telah menganut agama Islam dan melaksanaan keagamaan yang lain tetapi sebagai masyarakat Jawa yang juga masih melaksanakan tata upacara asli Indonesia yang merupakan warisan nenek moyang yaitu selamatan, sadranan, menghormati nenek moyang dalam rangka mendapatkan berkah. Pemikiran itu sejalan dengan yang sudah ada sejak jaman dahulu yaitu kebiasaan mengunjungi tempat-tempat yang dikeramatkan dengan maksud melakukan penghormatan nenek moyang atau leluhur.
Berkaitan dengan latar belakang masyarakat Dusun Mojo, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan dan masyarakat luar daerah tersebut masih ada suatu tradisi Upacara Adat Nyadran Makam Kyai Santri (Ziarah makam Kyai Santri) yang dianggap keramat dan mempunyai kelebihan serta juga merupakan tempat penghormatan pada arwah Kyai Santri orang yang soleh dan telah memberikan pencerahan melalui ajaran Islam.
SENDANG (ft.wawan)
MAKAM KYAI SANTRI (ft.wawan)

Lokasi Makam Kyai Santri secara administratif termasuk wilayah Dusun Mojo, Desa Punung Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Yang terletak kurang lebih 1,5 Km ke arah utara Ibu Kota Kecamatan Punung. Lokasi Makam Kyai Santri dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, sedangkan kendaraan angkutan yang selalu tersedia adalah Ojek berpangkalan di perempatan dekat pasar Punung. Jalan menuju Makam Kyai Santri kurang lebih 1500 m dari perempatan pasar punung. Apabila kita menuju Makam Kyai Santri,dapat kita lihat setelah melewati sungai,di kanan kiri jalan tampak tanaman milik petani yang kelihatan subur sehingga kelihatan pemandangan yang indah dan mempesona.


Dilihat dari lingkungan alamnya daerah Makam Kyai Santri termasuk daerah agraris, beriklim tropis dengan klasifikasi sedang. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani. Ada yang memiliki ladang sendiri yang sangat luas ada pula yang berwisata atau pedagang kecil misalnya sebagai pembuat kolong dan pembuat grubi dari ketela pohon.
 MENUJU MAKAM KYAI SANTRI MOJO (video:wawan)
Masyarakat sekitar Makam Kyai Santri umumnya beragama Islam, namun dalam hal adat-istiadat masyarakat masih melakukan kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Hal ini terbukti dengan adanya Upacara Adat Nyadran di Makam Kyai Santri yang sampai sekarang masih dilestarikan Dusun yang paling tua di Kecamatan Punung pada jaman Budha ada dua yaitu Dusun Mojo dan Dusun Maling Mati. Pengageng Dusun Maling Mati disebut Kyai Ageng Maling Mati dan di Dusun Mojo disebut Kyai Ageng Mojo. Selamanya kedua Dusun itu berada dibawah kekuasaan pengageng berdua dan itu tidak pernah diperintah oleh pengageng yang lain.
Menurut Buku Babat Mojo (R. Ganda Wardaya, 1935 halaman 2) Kyai Ageng Mojo adalah putra Raja Majapahit, konon ceritanya Raja Majapahit mempunyai 135 orang putra. Karena Kyai Ageng Mojo itu keturunan Raja Majapahit, maka daerah itu dinamakan Dusun Mojo dan tanahnya yang berbukit-bukit maka disebut Punung.

Foto Rusmini (rontek 2017)

Kyai Ageng Mojo sangat rukun dengan isrtinya, pada suatu hari Kyai Ageng Mojo pergi ke ladang untuk mengerjakan lahan pertanianya dan Nyai Ageng Mojo bermain gamelan yaitu bermain gender dan sindenan,diluar rumah datang seorang laki-laki yang belum pernah dikenalnya, yang ternyata nama orang tersebut adalah Kyai Santri ( Babad Mojo, halaman 3 ).
Ternyata Kyai Santri terpikat oleh bunyi gender yang dimainkan oleh Nyai Ageng Mojo tersebut. Karena sangat terpikat lagu dan gending tersebut sehingga tidak terasa dalam benak Kyai Santri akan hal-hal yang mungkin kurang tata krama, akhirnya Kyai Santri masuk ke dalam rumah dan duduk dibelakang Nyai Ageng Mojo tersebut sambil ikut menyanyi. Ketika sedang asyik-asyiknya kedua orang itu menikmati alunan gamelan dan sindenan, maka datanglah Kyai Ageng Mojo dari ladang sambil membawa kayu bakar, alangkah terkejut dan geramnya ketika melihat Nyai Ageng Mojo sedang asyik menabuh gender sambil ditemani oleh orang yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Dalam hati, Kyai Ageng Mojo beranggapan bahwa istrinya tercinta berbuat serong dengan laki-laki tersebut yang tak lain adalah Kyai Santri.
Karena kecemburuan yang dilandasi emosi, Kyai Ageng Mojo naik pitam, tanpa bertanya dan menyapa langsung mengambil keris lalu ditikamlah dari belakang Kyai Santri hingga tembus dada. Selesai menikam Kyai Santri lalu menikam istrinya dengan keris yang tadi digunakan untuk menikam Kyai Santri. Nyai Ageng Mojo meninggal seketika. Apa yang terjadi dengan Kyai Santri? Ternyata Kyai Santri tidak langsung wafat namun ia masih meninggalkan pesan untuk Kyai Ageng Mojo sebagai berikut :
Kyai Santri : “ Kyai Ageng Mojo, Kamu telah membunuh orang yang tanpa dosa.”
Kyai Mojo : “ Hai orang durhaka,orang yang berdusta, kamu tidak merasa kau telah bermain serong dengan istriku?”
Kyai Santri : ( Menjawab dengan bijaksana dengan raut wajah yang shaleh )
“Oh begitu anggapanmu? itu sebetulnya salah, coba lihat padaku! Aku akan berikan tanda bahwa anggapanmu itu salah. Aku masih suci dan tidak benar apa yang telah kau anggap bahwa aku berbuat serong dengan istrimu. Aku akan buktikan kesucian pribadiku. Aku mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, apabila aku bersih tanpa dosa, darah yang mengalir dari tubuhku ini akan berubah warna menjadi putih, bila aku berbuat dosa maka akan mengalir darah merah.” ( Babad Mojo, Hal. 3 ).
Setelah diam sejenak Kyai Santri dari pembicaraanya, ternyata benar darah yang keluar dari tubuh Kyai Santri berubah menjadi putih dan mengeluarkan aroma yang semerbak wangi, setelah melihat kejadian itu Kyai Mojo merasa menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Lalu Kyai Mojo merangkul kaki Kyai Santri yang sudah tak berdaya itu dan dengan rendah hati Kyai Mojo mohon maaf atas kesalahan yang diperbuatnya sambil bertanya nama dan asal Kyai Santri tersebut. Akhirnya Kyai Santri menjawab dengan tertatih-tatih, “Namaku Kyai Santri, aku adalah orang yang tidak mempunyai rumah dan musyafir. Kamu jangan menyesal atas perbuatanmu karena aku tidak merasa sakit hati dan tidak akan membalas dendam kepadamu, karena ini semua sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja saya berpesan, apabila aku meninggal, supaya jenazahku dikubur di desa ini, supaya di masa yang akan datang anak cucuku dapat mengunjungi pusaraku dan berziarah.”
Kyai Santri melihat ke angkasa kemudian menundukkan kepala senyum tiga kali, memejamkan mata dan akhirnya meninggal dunia. ( Babad Mojo,1935 ). Mulai saat itu hingga sekarang, makam Kyai Santri dianggap keramat oleh masyarakat sekitar dan dijadikan makam yang berfatwa, Yang sampai sekarang makam Kyai Santri dijadikan tempat ziarah ( Wawancara Karpin, April 2011 ).
Komplek Makam Kyai Santri terletak di tengah-tengah wilayah Dusun Mojo, dengan keadaan kanan kiri makam berupa pohon-pohon besar dan rindang disebut Kali Alas. Makam Kyai Santri berada di sebelah selatan dari Kali Alas,. keadaan Makam Kyai Santri sangat sederhana.
Masyarakat sekitar Makam Kyai Santri mempunyai kepercayaan bahwa jika berbuat baik terhadap Makam Kyai Santri, maka anggapannya akan memberikan perlindungan dan keselamatan pada manusia dan keluarganya.
Sampai sekarang ini keberadaan Makam Kyai Santri yang sering disebut Eyang Santri ini masih dianggap keramat dan memberikan anggapan terhadap masyarakat Mojo dan Sekitarnya.
Terinspirasi dari cerita Babad Mojo inilah kami mencoba untuk melestarikan sejarah dengan mengemas dalam bentuk kesenian daerah dengan judul “SENDRATARI UPACARA ADAT SRUMBUNG MOJO” harapan kami semoga dapat memperkaya budaya daerah di Kabupaten Pacitan, Menambah pengetahuan sejarah pada umumnya, khususnya mengenai Upacara Adat Nyadran Makam Kyai Santri di Dusun Mojo Desa Punung Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan.Dapat mengembangkan potensi pariwisata di Kabupaten Pacitan, karena dengan adanya Upacara Adat tersebut ternyata mempunyai daya tarik tersendiri, dan pernah dikemas dalam kebudayaan tradisional yang berwujud Seni Tari dan bentuk Upacara Adat yang pernah ikut dalam fesival Seni Tradisional Jawa Timur dan Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, atas ide para seniman, bekerja sama dengan Pemerintah Tingkat Dua Kabupaten Pacitan.

PAWAI DI KABUPATEN PACITAN (vedeo.wawan)

” Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Pacitan Paradise Of Java yang diselengarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pacitan”

0 komentar: