SENDRA TARI
1. Judul : Srumbung Mojo
2. Tema : Legenda Asal Mula Distrik Punung
3. Jenis garapan : Sendra Tari Kreasi Upacara Adat Srumbung Mojo
4. Penata iringan dan Vokal : Dra.Rusmini
5. Penata gerak : Sukatno,S.Pd
6. Peñata rias dan busana : Tim Dapur Seni Kyai Santri Kec.Punung
SINOPSIS
Sendratari adalah budaya adi luhung yang merupakan ciri khas budaya
jawa. Dimana selama ini serasa tenggelam dalam era globalisasi,
meluncurnya budaya asing ke Indonesia telah mengikis budaya asli. Dengan
kemasan Sendratari yang diambil dari sejarah Babad Mojo termodifikasi
dengan gending-gending garapan akan memberi warna baru hingga tampak
lebih menarik untuk dijadikan pertunjukan.
Sendratari “Srumbung Mojo” adalah kesenian tradisional Kecamatan
Punung yang dimunculkan pertama kali pada Hari Jadi Kota Pacitan tahun
2002 merupakan gambaran sejarah gumelaripun tanah Mojo yang sekarang
dinamakan dhistrik Punung bagian barat Kabupaten Pacitan. Sendra tari
ini pernah juga ditampilkan di Taman Mini Indonesia Indah dalam acara
gebyar Seni Budaya Daerah.
Tokoh utama yang dimunculkan dalam sendratari ini adalah Dewi
Ratri,Raden Prawiroyudo,Ki Ageng Mojo, Kyai Santri serta peran
pendukung,prajurit dan dayang. Rangkaian cerita yang digambarkan dalam
sendratari ini adalah kedatangan Dewi Ratri dan Raden Prawiroyudo putra
prabu Brawijaya dari Majapahit ke tlatah Mojo sampai terjadinya
peninggalan sejarah berupa makam Kyai Santri dan gambaran prosesi
upacara adat Nyadran Kyai Santri ( Ziarah Makam Kyai Santri).
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku sehingga
memiliki kekayaan keanekaragaman seni budaya yang diwarnai oleh nuansa
etnik.
Adapun kebudayaan yang dimiliki tersebut mempunyai karakteristik
tersendiri sejalan dengan perkembangan sejarah, perkembangan pengaruh
dan perkembangan tata nilai (Budiono Satoto,1988). Pertumbuhan
kebudayaan bangsa Indonesia yang tumbuh sederhana itu muncul dengan
ditandai adanya peninggalan-peninggalan masa lampau, ada yang berupa
candi-candi,mengukir tugu batu, punden berundak dan lain-lain.Banyaknya
suku bangsa yang ada di Indonesia maka akan muncul berbagai macam
kebudayaan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang
lainnya, dan masing- masing daerah mempunyai nilai dan tradisi
kebudayaan yang berbeda-beda.
Berbagai macam kebudayaan yang dengan tradisinya masing-masing
dipertahankan terus, maka dengan demikian, warisan kebudayaan masa lalu
tetap hidup dengan perubahan sesuai dengan keadaan jaman dan masyarakat
penduduknya. Dengan adanya kelompok sosial yang mengemban dan penerus
budaya warisan itu, maka pola kehidupan masa lalu manjadi teladan.
Apabila kita mengambil puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang
bersifat kedaerahan yang terdapat di seluruh kepulauan Indonesia maka
kita tidak mempunyai kebudayaan yang cukup bernilai. Mengenai
pembentukan kebudayaan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara dalam
Sriwahyuning (1993) mengungkapkan sebagai berikut :
- Kebudayaan Nasional ialah segala puncak dari sari-sari kebudayaan daerah dari kepulauan Indonesia,baik yang lama maupun yang baru.
- Perkembangan kebudayaan Nasional Indonesia harus melalui jalan yang disebut “Dua Kon” : Kontinyu dengan apa yang telah silam dan konsentrasi dalam persatuan yang besar.
Tradisi dan peninggalan yang memberi corak khas kepada kebudayaan serta
hasil-hasil pembangunan yang mempunyai nilai perjuangan bangsa,
kebanggaan dan kemanfaatan nasional perlu dipelihara dan dibina untuk
menumbuhkan kesadaran sejarah,semangat perjuangan dan cita-cita tanah
air serta memelihara kelestarian budaya dan kesinambungan pembangunan
bangsa.
Upacara tradisional adalah salah satu perwujudan nilai budaya masyarakat
di Indonesia khususnya Jawa yang sampai sekarang masih banyak
disaksikan dan dilaksnakan oleh para penduduknya. Upacara tradisional
adalah salah satu tingkah laku manusia sebagai ekspresi adanya kekuasaan
diluar diri manusia. Hal ini sebagai perwujudan dari keterbatasan
kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan hidup.
Sebelum kedatangan Islam,masyarakat Jawa telah memiliki kebudayaan yang
berurat berakar, sehingga para mubaligh menempuh jalan moderat, yaitu
penyampaian dakwah dapat berkompromi dengan adat istiadat setempat dan
isinya atau materinya permasalahannya yakni hukum-hukum agamanya
terkadang amat ramah terhadap kepercayaan lama.
Sekalipun masyarakat Jawa telah menganut agama Islam dan melaksanaan
keagamaan yang lain tetapi sebagai masyarakat Jawa yang juga masih
melaksanakan tata upacara asli Indonesia yang merupakan warisan nenek
moyang yaitu selamatan, sadranan, menghormati nenek moyang dalam rangka
mendapatkan berkah. Pemikiran itu sejalan dengan yang sudah ada sejak
jaman dahulu yaitu kebiasaan mengunjungi tempat-tempat yang dikeramatkan
dengan maksud melakukan penghormatan nenek moyang atau leluhur.
Berkaitan dengan latar belakang masyarakat Dusun Mojo, Desa Punung,
Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan dan masyarakat luar daerah tersebut
masih ada suatu tradisi Upacara Adat Nyadran Makam Kyai Santri (Ziarah
makam Kyai Santri) yang dianggap keramat dan mempunyai kelebihan serta
juga merupakan tempat penghormatan pada arwah Kyai Santri orang yang
soleh dan telah memberikan pencerahan melalui ajaran Islam.
SENDANG (ft.wawan)
MAKAM KYAI SANTRI (ft.wawan)
Lokasi Makam Kyai Santri secara administratif termasuk wilayah Dusun
Mojo, Desa Punung Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Yang terletak
kurang lebih 1,5 Km ke arah utara Ibu Kota Kecamatan Punung. Lokasi
Makam Kyai Santri dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua
maupun kendaraan roda empat, sedangkan kendaraan angkutan yang selalu
tersedia adalah Ojek berpangkalan di perempatan dekat pasar Punung.
Jalan menuju Makam Kyai Santri kurang lebih 1500 m dari perempatan pasar
punung. Apabila kita menuju Makam Kyai Santri,dapat kita lihat setelah
melewati sungai,di kanan kiri jalan tampak tanaman milik petani yang
kelihatan subur sehingga kelihatan pemandangan yang indah dan mempesona.
Dilihat dari lingkungan alamnya daerah Makam Kyai Santri termasuk daerah agraris, beriklim tropis dengan klasifikasi sedang. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani. Ada yang memiliki ladang sendiri yang sangat luas ada pula yang berwisata atau pedagang kecil misalnya sebagai pembuat kolong dan pembuat grubi dari ketela pohon.
MENUJU MAKAM KYAI SANTRI MOJO (video:wawan)
Masyarakat sekitar Makam Kyai Santri umumnya beragama Islam, namun dalam
hal adat-istiadat masyarakat masih melakukan kebiasaan yang diwariskan
oleh nenek moyang mereka. Hal ini terbukti dengan adanya Upacara Adat
Nyadran di Makam Kyai Santri yang sampai sekarang masih dilestarikan
Dusun yang paling tua di Kecamatan Punung pada jaman Budha ada dua yaitu
Dusun Mojo dan Dusun Maling Mati. Pengageng Dusun Maling Mati disebut
Kyai Ageng Maling Mati dan di Dusun Mojo disebut Kyai Ageng Mojo.
Selamanya kedua Dusun itu berada dibawah kekuasaan pengageng berdua dan
itu tidak pernah diperintah oleh pengageng yang lain.
Menurut Buku Babat Mojo (R. Ganda Wardaya, 1935 halaman 2) Kyai Ageng
Mojo adalah putra Raja Majapahit, konon ceritanya Raja Majapahit
mempunyai 135 orang putra. Karena Kyai Ageng Mojo itu keturunan Raja
Majapahit, maka daerah itu dinamakan Dusun Mojo dan tanahnya yang
berbukit-bukit maka disebut Punung.
Foto Rusmini (rontek 2017)
Kyai Ageng Mojo sangat rukun dengan isrtinya, pada suatu hari Kyai Ageng
Mojo pergi ke ladang untuk mengerjakan lahan pertanianya dan Nyai Ageng
Mojo bermain gamelan yaitu bermain gender dan sindenan,diluar rumah
datang seorang laki-laki yang belum pernah dikenalnya, yang ternyata
nama orang tersebut adalah Kyai Santri ( Babad Mojo, halaman 3 ).
Ternyata Kyai Santri terpikat oleh bunyi gender yang dimainkan oleh Nyai
Ageng Mojo tersebut. Karena sangat terpikat lagu dan gending tersebut
sehingga tidak terasa dalam benak Kyai Santri akan hal-hal yang mungkin
kurang tata krama, akhirnya Kyai Santri masuk ke dalam rumah dan duduk
dibelakang Nyai Ageng Mojo tersebut sambil ikut menyanyi. Ketika sedang
asyik-asyiknya kedua orang itu menikmati alunan gamelan dan sindenan,
maka datanglah Kyai Ageng Mojo dari ladang sambil membawa kayu bakar,
alangkah terkejut dan geramnya ketika melihat Nyai Ageng Mojo sedang
asyik menabuh gender sambil ditemani oleh orang yang tak pernah ia kenal
sebelumnya. Dalam hati, Kyai Ageng Mojo beranggapan bahwa istrinya
tercinta berbuat serong dengan laki-laki tersebut yang tak lain adalah
Kyai Santri.
Karena kecemburuan yang dilandasi emosi, Kyai Ageng Mojo naik pitam,
tanpa bertanya dan menyapa langsung mengambil keris lalu ditikamlah dari
belakang Kyai Santri hingga tembus dada. Selesai menikam Kyai Santri
lalu menikam istrinya dengan keris yang tadi digunakan untuk menikam
Kyai Santri. Nyai Ageng Mojo meninggal seketika. Apa yang terjadi dengan
Kyai Santri? Ternyata Kyai Santri tidak langsung wafat namun ia masih
meninggalkan pesan untuk Kyai Ageng Mojo sebagai berikut :
Kyai Santri : “ Kyai Ageng Mojo, Kamu telah membunuh orang yang tanpa dosa.”
Kyai Mojo : “ Hai orang durhaka,orang yang berdusta, kamu tidak merasa kau telah bermain serong dengan istriku?”
Kyai Santri : ( Menjawab dengan bijaksana dengan raut wajah yang shaleh )
“Oh begitu anggapanmu? itu sebetulnya salah, coba lihat padaku! Aku akan
berikan tanda bahwa anggapanmu itu salah. Aku masih suci dan tidak
benar apa yang telah kau anggap bahwa aku berbuat serong dengan istrimu.
Aku akan buktikan kesucian pribadiku. Aku mohon kepada Tuhan Yang Maha
Esa, apabila aku bersih tanpa dosa, darah yang mengalir dari tubuhku ini
akan berubah warna menjadi putih, bila aku berbuat dosa maka akan
mengalir darah merah.” ( Babad Mojo, Hal. 3 ).
Setelah diam sejenak Kyai Santri dari pembicaraanya, ternyata benar
darah yang keluar dari tubuh Kyai Santri berubah menjadi putih dan
mengeluarkan aroma yang semerbak wangi, setelah melihat kejadian itu
Kyai Mojo merasa menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Lalu Kyai
Mojo merangkul kaki Kyai Santri yang sudah tak berdaya itu dan dengan
rendah hati Kyai Mojo mohon maaf atas kesalahan yang diperbuatnya sambil
bertanya nama dan asal Kyai Santri tersebut. Akhirnya Kyai Santri
menjawab dengan tertatih-tatih, “Namaku Kyai Santri, aku adalah orang
yang tidak mempunyai rumah dan musyafir. Kamu jangan menyesal atas
perbuatanmu karena aku tidak merasa sakit hati dan tidak akan membalas
dendam kepadamu, karena ini semua sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha
Esa. Hanya saja saya berpesan, apabila aku meninggal, supaya jenazahku
dikubur di desa ini, supaya di masa yang akan datang anak cucuku dapat
mengunjungi pusaraku dan berziarah.”
Kyai Santri melihat ke angkasa kemudian menundukkan kepala senyum tiga
kali, memejamkan mata dan akhirnya meninggal dunia. ( Babad Mojo,1935
). Mulai saat itu hingga sekarang, makam Kyai Santri dianggap keramat
oleh masyarakat sekitar dan dijadikan makam yang berfatwa, Yang sampai
sekarang makam Kyai Santri dijadikan tempat ziarah ( Wawancara Karpin,
April 2011 ).
Komplek Makam Kyai Santri terletak di tengah-tengah wilayah Dusun Mojo,
dengan keadaan kanan kiri makam berupa pohon-pohon besar dan rindang
disebut Kali Alas. Makam Kyai Santri berada di sebelah selatan dari Kali
Alas,. keadaan Makam Kyai Santri sangat sederhana.
Masyarakat sekitar Makam Kyai Santri mempunyai kepercayaan bahwa jika
berbuat baik terhadap Makam Kyai Santri, maka anggapannya akan
memberikan perlindungan dan keselamatan pada manusia dan keluarganya.
Sampai sekarang ini keberadaan Makam Kyai Santri yang sering disebut
Eyang Santri ini masih dianggap keramat dan memberikan anggapan terhadap
masyarakat Mojo dan Sekitarnya.
Terinspirasi dari cerita Babad Mojo inilah kami mencoba untuk
melestarikan sejarah dengan mengemas dalam bentuk kesenian daerah
dengan judul “SENDRATARI UPACARA ADAT SRUMBUNG MOJO” harapan kami semoga
dapat memperkaya budaya daerah di Kabupaten Pacitan, Menambah
pengetahuan sejarah pada umumnya, khususnya mengenai Upacara Adat
Nyadran Makam Kyai Santri di Dusun Mojo Desa Punung Kecamatan Punung
Kabupaten Pacitan.Dapat mengembangkan potensi pariwisata di Kabupaten
Pacitan, karena dengan adanya Upacara Adat tersebut ternyata mempunyai
daya tarik tersendiri, dan pernah dikemas dalam kebudayaan tradisional
yang berwujud Seni Tari dan bentuk Upacara Adat yang pernah ikut dalam
fesival Seni Tradisional Jawa Timur dan Taman Mini Indonesia Indah
Jakarta, atas ide para seniman, bekerja sama dengan Pemerintah Tingkat
Dua Kabupaten Pacitan.
PAWAI DI KABUPATEN PACITAN (vedeo.wawan)
” Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Pacitan Paradise Of Java
yang diselengarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Pacitan”
0 komentar:
Posting Komentar